POS-KUPANG.COM – Pohon yang satu ini memiliki tinggi bisa mencapai belasan meter dan buahnya berwarna ungu kehitaman,
Rasa buah ada yang manis namun sedikit sepat.
Buahnya berwarna ungu kehitaman.
Ternyata pohon jamblang masih satu keluarga dengan jambu air.
Baca juga: Tak Diduga, Air Rebusan Daun Jambu Campur Madu Khasiatnya Dahsyat, Obat AntiKanker, Diabetes Beres
Pohon jamblang bisa ditemui di banyak daerah.
Biasanya, pohon jamblang dibudidayakan sebagai pohon buah di pekarangan
Memiliki buah yang kalau sudah matang berwarna ungu kehitaman. Awal buah muncul berwarna hijau kemudian berubah menjadi merah mudah dan akhirnya ungu kehitaman
Peneliti dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika Institut Pertanian Bogor (IPB) bernama Sobir, jamblang atau duwet ini juga dikenal dengan nama Java Plum. “nama latin Syzygium cumini, dengan sinonim Eugenia cumini (L.) Druce, Eugenia jambolana Lam. Syzygium jambolanum. Dari keluarga Myrtaceae (sekeluarga dengan jambu air),” jelas Sobir pada Kompas.com, Kamis 24 Juni 2021
Baca juga: Kandungan Vitamin pada Jambu Air Dapat Cegah dan Tingkatkan Ini pada Tubuh Anda
Jamblang bisa tumbuh di tanah dangkal dan berbatu atau bahkan jenis yang tidak subur, berpasir, dan tanah berkapur. Asalkan dengan curah hujan yang cukup.
Ternyata daun pohon jamblang atau duwet memiliki manfaat untuk kesehatan, tak kalah dengan daging buahnya.
Daun pohon jamblang mengandung banyak antioksidan, juga berfungsi sebagai antivirus dan antiinflamasi.
Dilansir The Indian Express, daun jamblang juga bisa membantu menurunkan gula darah, menangani masalah pencernaan, dan juga masalah alergi.
Baca juga: Inilah 15 Rahasia Manfaat Buah Jambu Air, Ampuh Hilangkan Racun hingga Mampu Perbaiki Jaringan Tubuh
“Daun jamblang bisa dibuat jus atau secara infuse water, atau bisa dibuat teh daun,” ujar peneliti dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika Institut Pertanian Bogor (IPB) Sobir pada Kompas.com, Kamis 24 Juni 2021.
Sobir mengatakan daun jamblang di India, digunakan untuk mengendalikan efek diabetes.
Sega Jamblang atau Nasi Jamblang merupakan makanan khas dari Cirebon, Jawa Barat. Paling khas dari kuliner ini, nasinya dibungkus daun jati. Nasi pun jadi pulen. Nama Jamblang diambil dari nama daerah asal pertama sang penjual. Tidak ada kaitan dengan buah jamblang.
Jika mengunjungi Kota Cirebon, tidak lengkap tanpa wisata kuliner. Salah satu yang wajib dicoba adalah Sega Jamblang. Sajiannya, nasi dibungkus daun jati setiap porsinya. Satu porsi nasi umumnya satu kepal tangan. Jadi untuk sekali makan minimal dua bungkus nasi. Sedangkan aneka lauk disajikan secara prasmanan.
Paling tidak, 10 tahun terakhir, sepanjang jalan Pantura Cirebon, sampai masuk Kota Cirebon, sudah banyak dijumpai penjual Sega Jamblang. Baik yang berbentuk restoran atau tenda di pinggir jalan. Yang restoran umumnya juga menjual makanan khas Cirebon lainnya. Seperti Empal Gentong dan Sega Lengko.
Mereka menjajakan Sega Jamblang dengan konsep yang hampir sama. Meja ukuran besar ditempatkan di tengah. Di atasnya aneka lauk pauk yang diambil secara prasmanan oleh pembeli. Sedangkan nasi sudah dibungkus daun jati yang diletakkan di bakul berukuran besar.
Seorang pelayan akan menyajikan nasi yang dibungkus daun jati itu sesuai porsinya. Kemudian diberi sambel goreng. Setelah itu, pembeli baru bisa memilih menu lainnya secara prasmanan. Jika di warung tenda, pembeli duduk di bangku yang melingkari menu prasmanan. Kalau di restoran disediakan meja makan.
Di beberapa tempat, Sega Jamblang tidak menggunakan daun jati. Pakai kertas nasi. Alasannya, susah mendapatkan daun. Namun, tetap mayoritas masih setia mempertahankan daun jati. Selama ini, daun jati dipasok dari wilayah Cirebon dan sekitarnya. Seperti Majalengka, Indramayu, dan Kuningan.
Dari banyaknya penjual, ada beberapa lokasi yang akrab di telinga. Yakni, Nasi Jamblang Mang Dul di Jalan Cipto Mangunkusumo. Tepatnya di depan Grage Mal Cirebon. Ada juga Nasi Jamblang Pelabuhan, terletak di sebelah Taman Ade Irma Suryani, Pelabuhan Cirebon.
Lokasi lainnya adalah Sega Jamblang Bu Nur yang berada di Jalan Cangkringan, Kota Cirebon. Untuk harga cukup terjangkau. Rata-rata setiap item makanan dijual Rp 1000 sampai Rp 5000. Jadi, satu porsi makan antara Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu.
Lauk yang disajikan sebagai pelengkap Sega Jamblang banyak pilihannya. Mulai sambal goreng, tahu sayur, paru-paru, semur hati atau daging, perkedel, sate kentang, telur dadar atau telur goreng, semur ikan, ikan asin, tahu tempe, dan lainnya.
Dari sekian menu yang harus dicoba adalah sambel goreng. Cabai merah dengan rasa khas. Lainnya adalah balakutak hidueng. Makanan cumi-cumi atau sotong berkuah kental itu dimasak bersama dengan tintanya. Jadi masakan berwarna hitam seperti rawon.
Memang, sensasi nasi yang dibungkus daun jati, terasa. Nasi sangat pulen. Apalagi, sebelum disantap, nasi disiram kuah semur. Nendang di lidah. Pantas saja, ada warga Jakarta yang pertama kali makan Sega Jamblang, mengaku, nasinya bikin ngantuk saking pulennya. Jadi, wajib dicoba.
Sejarah Sega Jamblang
Jamblang berasal dari nama desa di sebelah barat Kabupaten Cirebon. Tempat asal pedagang yang mempopulerkan masakan tersebut. Sega Jamblang awalnya makanan para pekerja paksa pada zaman Belanda. Mereka sedang membangun Jalan Raya Daendels sepanjang 1000 kilometer dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah Kabupaten Cirebon.
Pemilihan daun jati, karena para pekerja bisa menyimpan nasi lebih lama. Nasi yang dibungkus daun jati jadi awet dan bisa bertahan beberapa hari. Saat itu kabarnya banyak warga yang kelaparan, bahkan sampai meninggal, karena kekurangan makanan. Sejak itu, nasi dibungkus daun jati jadi populer di kalangan pekerja.
Daun jati memiliki tekstur yang tidak mudah sobek dan rusak. Daunnya memiliki pori-pori yang dapat membantu menjaga keadaan nasi agar tidak mudah basi. Meskipun disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Pada sekitar 1847, bisa dikatakan menjadi cikal lahirnya Sega Jamblang. Saat itu, Belanda membangun tiga prabrik. Dua pabrik tebu di Plumbon dan Gempol. Satunya pabrik spriritus di Palimanan.
Dibangunnya tiga pabrik tersebut menyerap banyak pekerja. Mereka berasal dari Cirebon dan daerah sekitarnya. Seperti Sindangjawa, Cisaat, Cidahu, Bobos, dan lainnya. Para pekerja tersebut terus bertambah. Di sisi lain tidak ada penjual nasi di sana. Kepercayaan saat itu, tidak baik atau pamali jual nasi. Masyarakat saat itu lebih baik menyimpan beras daripada beli nasi.
Namun seiring waktu banyak pekerja mencari warung nasi. Sampai akhirnya tergerak wrga Jamblang bernama Ki Antara atau H Abdul Latif dan istrinya Ny Pulung atau Tan Piauw Lun. Keduanya bersodaqoh makanan untuk sarapan para pekerja tiap harinya. Mereka menggunakan daun jati untuk membungkus nasinya.
Dari mulut ke mulut informasi itu menyebar. Akhirnya banyak pekerja yang makan di sana. Meski awalnya gratis, para pekerja merasa tidak enak. Mereka pun sepakat memberikan sukarela untuk makanan yang mereka makan.
Dari sana lah Sega Jamblang akhirnya dijual oleh banyak orang. Tidak hanya warga Desa Jamblang, tapi warga Cirebon lainnya. Termasuk juga di kota besar seperti Jakarta, pengusaha Sega Jamblang berjualan. (K-IS)
Belanja di App banyak untungnya:
Nasi Jamblang Jakarta Pusat – Bagi anda penggemar nasi jamblang, tidak mungkin harus jauh-jauh datang ke Cirebon bukan? Karena saat ini ada kabar bahagia, jika menu tradisional nasi jamblang dan krawu telah hadir dikota anda. Jakarta kini telah mempunyai segudang nasi tradisional yang bisa ditemui. Daun Ketumbar adalah catering yang bisa anda andalkan untuk masalah satu ini, bagi anda yang rindu masakan-masakan kampung halaman, kami siap sedia membantu.
Daun Ketumbar adalah jagonya masakan tradisional. Kami sangat mengerti akan kebutuhan catering anda dan kami pun sangat mengerti akan kerinduan anda terhadap makanan-makanan kampung halaman. Karena komitmen kami untuk mengetengahkan masakan-masakan tradisional ini juga kami mempunyai misi agar kuliner nusantara selalu eksis hingga kapanpun dan dimanapun. Semua menu original kami buat dengan tangan sendiri. Karena dikerjakan secara homemade inilah yang membuat ketahanan dan kesegaran makanan kami selalu nomor satu. Makanan selalu kami buat secara dadakan agar terjaga kesegarannya, higienis, dan dijamin halal.
Untuk rasa dan kualitas tentu anda tak perlu ragu lagi. Kami telah mempunyai standar sendiri dalam hal ini. Perjalanan kami selama kurang lebih tiga tahun ini, yang mungkin di dunia catering masih terbilang cukup muda, namun sepak terjang sang owner di bidang kuliner ini, telah ada sejak kecil, dan baru saat ini beliau berani memantapkan bisnisnya di masyarakat. Dan ternyata dalam waktu yang bisa dikatakan lebih cepat, kreasinya di bidang makanan tradisional ini bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Antusiasme dan respon dari masyarakat terbilang sangat luarbiasa dan ini merupakan penghargaan tertinggi untuk kami. Maka dari itu, sebagai wujud terimakasih kami kepada konsumen, kami selalu memberikan inovasi-inovasi setiap harinya agar para pelanggan semakin termanjakan oleh rasa dan pelayanan terbaik dari kami. Dan untuk menikmati nasi jamblang Jakarta Pusat dan nasi krawu segera hubungi CS kami di 0813-2000-3697, Whatsapp 0882-1352-3692, Pin BB 51F92D33.
Sega jamblang menjadi satu dari 13 karya budaya di Jawa Barat yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada tahun 2023.
Sega Jamblang atau nasi jamblang merupakan sajian kuliner khas Cirebon, Jawa Barat. Ciri khas paling mencolok dari makanan ini adalah penggunaan daun jati yang dimanfaatkan sebagai pembungkus nasi.
Umumnya, di setiap bungkus ukuran nasinya hanya sebesar satu kepal tangan. Sehingga biasanya orang yang ingin menikmati makanan ini minimal akan menghabiskan dua bungkus nasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tentunya bukan hanya nasi putih. Dalam sajian kuliner sega jamblang, ada beragam lauk pauk yang bisa dipilih. Seperti tempe goreng, semur tahu, kentang, daging sapi, paru, telur dadar dan masih banyak lagi menu lauk yang bisa dipilih sesuai selera.
Di kebanyakan warung-warung yang menjual nasi jamblang, lauk pauk itu biasanya akan ditata dengan cara berjejer di atas sebuah meja. Konsumen bisa meminta kepada penjualnya jika ingin memilih lauk pauk yang diminati.
Saat berkunjung ke Cirebon, rasanya tidak akan sulit untuk mencari warung-warung yang menjual sega jamblang atau nasi jamblang ini. Sebab, hampir di sepanjang jalur pantura Cirebon, ada banyak penjual nasi jamblang. Baik di wilayah Kabupaten maupun Kota Cirebon.
Di daerah berjuluk Kota Udang ini, penjual nasi Jamblang ada yang masih berupa warung sederhana maupun berbentuk rumah makan modern. Namun menu yang disajikan tidak jauh berbeda, yakni nasi jamblang yang dibungkus daun jati dengan dilengkapi oleh beragam lauk pauk.
Di Cirebon sendiri, penjual nasi jamblang bisa ditemukan mulai dari pagi hingga malam hari. Tidak sedikit masyarakat di Cirebon yang biasa menjadikan nasi jamblang ini sebagai menu sarapan, makan siang, maupun makan malam.
Hingga kini, salah satu sajian kuliner khas Cirebon itu masih banyak digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Baik masyarakat setempat maupun dari luar daerah.
Salah satu warga Cirebon yang mengaku cukup menggemari sega jamblang atau nasi jamblang ini adalah Rohman. Pria 24 tahun itu mengaku cukup sering mampir ke warung-warung yang menjual nasi jamblang.
Menurutnya, dengan banyaknya lauk pauk yang dihidangkan, membuat nasi jamblang bisa menjadi menu makan untuk kapanpun. Baik menu makan di pagi hari, siang maupun untuk malam hari.
"Tapi saya sendiri lebih seringnya makan nasi jamblang itu malam. Untuk makan malam," kata Rohman.
Hal serupa diutarakan oleh Laela (28). Sebagai warga asli Cirebon, nasi jamblang baginya bukanlah makanan yang asing. Laela sendiri mengaku memiliki menu lauk favorit saat mampir ke warung-warung nasi jamblang.
Beberapa lauk favoritnya, kata Laela, yaitu mulai dari sambal goreng, ikan tongkol balado, cumi-cumi, hingga ati dan ampela ayam yang dimasak dengan kuah kecap. Menurutnya, semua lauk pauk itu menjadi pilihan yang pas untuk menikmati nasi jamblang khas Cirebon.
"Favoritnya itu kalau makan nasi jamblang. Kalau waktu makan sih ngga nentu. Kadang siang, kadang malam," ucap Laela.
Dikutip dari laman Disbudpar Kabupaten Cirebon, sega jamblang merupakan sajian kuliner khas Cirebon yang sudah ada sejak tahun 1847. Asal usul lahirnya sega jamblang ini tidak terlepas dari adanya pembangunan pabrik gula Gempol dan pabrik spiritus di Palimanan saat era pemerintahan Kolonial Belanda.
Kala itu, pembangunan dua pabrik tersebut banyak menyerap tenaga kerja yang berasal dari warga sekitar maupun dari wilayah lain. Di antara mereka ada yang bekerja sebagai kuli bangunan dan ada juga yang bekerja sebagai buruh pabrik.
Tidak sedikit dari para pekerja itu yang harus berangkat pagi-pagi buta. Terutama bagi mereka yang rumahnya jauh dari pabrik. Sebelum melakukan aktivitasnya, para pekerja itu tentu membutuhkan sarapan.
Namun untuk menemukan penjual nasi para pekerja cukup kesulitan. Sebab pada saat itu ada anggapan jika menjual nasi merupakan sesuatu yang dilarang atau Pamali.
Hal ini lah yang kemudian mendorong H Abdulatif bersama istrinya Ny Tan Piauw Lun atau Mbah Pulung membuat makanan berupa nasi bungkus yang dilengkapi beberapa lauk pauk. Nasi bungkus dengan beberapa pauk itu diberikan kepada para pekerja sebagai bentuk sedekah.
Kabar adanya pembagian nasi bungkus yang dilakukan oleh H Abdulatif bersama istrinya Ny Tan Piauw Lun atau Mbah Pulung ternyata menyebar. Hingga akhirnya semakin banyak pekerja yang meminta sarapan.
Meski begitu Mbah Pulung selalu menolak ketika para pekerja memberikan uang. Namun, para pekerja itu kemudian berinisiatif untuk memberikan imbalan alakadarnya kepada Mbah Pulung.
Saat memberikan makanan kepada para pekerja, Mbah Pulung menggunakan daun jati yang dijadikan sebagai pembungkus nasi. Ada alasan tersendiri mengapa Mbah Pulung menggunakan daun jati sebagai pembungkus nasi.
Hal ini karena daun jati memiliki tekstur yang tidak mudah robek maupun rusak. Selain itu, penggunaan daun jati juga bisa membuat nasi jadi lebih awet dalam waktu cukup lama.
Hingga kini, nasi jamblang masih terus eksis bahkan telah menjadi salah satu kuliner khas Cirebon yang cukup terkenal dan banyak digemari oleh berbagai kalangan masyarakat.
Setelah dari perintis pertama, yakni H Abdulatif dan istrinya Ny Tan Piauw Lun atau Mbah Pulung, pembuatan sega jamblang atau nasi jamblang kemudian diteruskan oleh keturunannya dari generasi ke generasi. Warung makan warisan Mbah Pulung itu bernama Nasi Jamblang Tulen.
Nasi jamblang adalah makanan khas Cirebon yang punya sejarah panjang. Di rumah makan ini, kamu bisa mencicipi nasi jamblang legendaris dengan aneka lauk yang disajikan prasmanan.
Mengutip buku 100 Maknyus Jalur Mudik yang ditulis mendiang Bondan Winarno bersama Lidia Tanod dan Harry Nazarudin, budaya nasi jamblang konon berasal dari proyek jalan Pantura oleh Gubernur Jenderal Daendels. Saat sampai di wilayah Jamblang, Cirebon, pemerintah Hindia Belanda kehabisan dana.
Pihak mereka lantas membuat perjanjian dengan bupati setempat dimana bupati itu harus menyediakan makanan (katering) untuk para pekerja jalan. Akhirnya muncul budaya memasak dalam jumlah banyak dan menyajikannya secara prasmanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nasinya unik karena dibungkus daun jati yang memang banyak tersedia di wilayah Jamblang. Nasi berbungkus daun jati ini kemudian dibagikan ke para pekerja jalan. Sejak itulah 'lahir' hidangan nasi jamblang.
Racikan nasi jamblang legendaris bisa kamu temukan di rumah makan Nasi Jamblang Mang Dul di Jalan Cipto Mangunkusumo Nomor 4. Mang Dul, sosok peracik nasi jamblang ini sudah berjualan sejak 1970.
Rumah makannya cukup modern dan luas. Lokasinya juga strategis di perempatan lampu merah mall populer di Cirebon, Grage Mall Cirebon. Tersedia area parkir yang sangat luas tak jauh dari lokasi rumah makan, bahkan bisa disambangi bus.
Begitu masuk, pengunjung dijamin bingung melihat lebih dari 20 pilihan lauk yang bisa dipilih sendiri. Beberapa lauk populernya adalah cumi hitam, sate kentang, semur daging, dan aneka pepes.
Tim d'foodspot (10/4) memilih seporsi nasi jamblang (Rp 3.000) dengan paduan lauk cumi hitam (Rp 13.000), telur dadar (Rp 4.000), sate kentang (Rp 3.000), dan semur daging (Rp 14.000). Tampilannya yang semarak benar-benar menggugah selera makan!
Terlebih saat penjual menuangkan sambal khas nasi jamblang yang terdiri dari irisan cabai merah. Huahh! Pedasnya sambal ini lumayan menggigit dan bisa jadi favorit para pencinta makanan pedas.
Lauk cumi hitamnya juga patut diacungi jempol karena sangat empuk. Cumi yang dipakai merupakan cumi telur dengan balutan bumbu balakutak yang gurih sedap.
Nasi Jamblang Mang Dul bisa jadi pilihan tempat makan pas saat kamu melintas di Kota Udang bersama keluarga. Di sini juga ada empal gentong dan tahu gejrot, dua makanan khas Cirebon yang juga punya digemari.